Yeh Pulu dalam tafsir Kun Adnyana

relief Yeh Pulu terdapat relief penuh “teka teki” seorang perempuan sedang memegangi ekor kuda yang ditunggangi seorang laki-laki. Di sebut “teka teki” – karena para arkeolog masih belum bisa memastikan apa maknanya perempuan itu menarik ekor kuda? Apakah perempuan itu melarang suaminya pergi berperang, sehingga ia menarik ekor kuda yang ditunggangi suaminya? Apakah perempuan itu justru menarik ekor kuda itu untuk membuat sang kuda meloncat dan kemudian berpacu kuat?

Selengkapnya

Akar Kekerasan dan Agama, Kambing Hitam Rene Girard

Ketika persaingan semakin meninggi dan kekerasan semakin meluap dan mengancam keberadaan semua masyarakat. Maka akan muncul mekanisme psikososial aneh, yaitu kekerasan komunal itu tiba-tiba akan ditimpakan kepada satu orang individu. Sehingga semua orang yang bersaing dan saling membenci, saat itu menyatukan upaya untuk melawan orang yang dipilih menjadi kambing hitam

Selengkapnya

Lintas Tenganan – Shirakawa – Fengshuang – Panglipuran

sungguh kontras dengan suasana di Desa Penglipuran. Desa Tenganan terlihat senyap. Dalam dua jam saya di sana, tak lebih dari 8 wisatawan saja yang terlihat lalu-lalang. Padahal Tenganan dipromosikan sebagai desa Bali Mula, yang menyamai Trunyan di Danau Batur, dan Bali Aga di Singaraja. Padahal desa ini juga dibalut sejarah panjang, lantaran sudah ada sejak zaman megalithikum. Alhasil rumah-rumah penduduk yang dijadikan “toko” tenun dan suvenir Tenganan asli, hadir seperti ruang-ruang sunyi.

Selengkapnya

Resolusi-78 Indonesia Mahardika – Tugas Brahmana di Tengah Krisis Etik Berbangsa

tugas para cendekia yang selalu berpikir general, untuh menyeluruh mencari solusi-solusi zaman. Dan Granoka tengah melakukan tugas itu, bukan karena ia berasal dari trah Brahmana Buddha. Dalam pikiran-pikiran meditatif Granoka, kata brahmana menjadi bermakna lebih tinggi, lebih luas, lebih dalam, lebih visioner. Tugas brahmana sesungguhnya bukan semata berkutat pada dunia ritual, upacara yang kian kehilangan esensi, penghafal mantra yang malas dalam tradisi semakin rapuh konvensional

Selengkapnya