Menanti Sosok Penetas ‘Telur Emas’ Nusa Penida

Facebook
Twitter
WhatsApp

RUMPI WAYANG – kelirbali.com

Nusa Penida ‘Telur Emas’ Tak Kunjung Menetas

oleh Demy, penikmat sastra. Bila tidak salah, julukan kepulauan Nusa Penida sebagai telur emas sudah ada sejak jaman Cokorda Ngurah (alm) menjadi Bupati Klungkung. Namun saat itu julukan tersebut idak populer. Mengingat Nusa Penida kecamatan yang kering kerontang, susah air dan belum teraliri listrik. Menjadi populer di saat Wakil Bupati Dewa Sena yang ingin menjadikan kepulauan Nusa Penida sebagai Kota Kasino.

Penolakan terhadap pendirian kasino ini serta merta ditolak seluruh lapisan masyarakat, tokoh agama, budayawan dan petinggi-petinggi Bali kala itu. Akhirnya, Nusa Penida sebagai pulau Kasino gagal. Walau saat itu, tanah di Nusa Penida yang semula tidak ada harganya, karena ulah para calo, harga tanah naik berlipat. Bahkan Dewa Sena sendiri beberapa kali dipanggil pejabat gubernuran dan pejabat pusat. Dewa Sena memiliki argumen sendiri, namun usahanya digagalkan.

Akhirnya, kepemimpinan di Klungkung berganti. Dari Tahun 2003 sampai 2013 Wayan Candra berkuasa di Klungkung. Berkali-kali Wayan Candra menyebut bahwa Nusa Penida adalah telur emas. Bahwa setiap pantai yang memiliki daya tarik adalah emas-emas yang tinggal dipanen. Pantai-pantai yang indah di Nusa adalah tambang emas, yang bila dikelola dengan baik akan menghasilkan cuan.

Hanya saja, dalam 10 tahun kepemimpinannya, jangankan menetas, dierami saja tidak. Warga Nusa Penida seperti mendapat harapan palsu. PHP. Nusa Penida ditinggalkan masih menyisakan persoalan air untuk warga tidak tersalur penuh, akses infrastruktur jalan belum memadai, listrik masih byarpet.

Walau demikian, pembangunan akomodasi wisata terus berkembang. Investor-investor yang uangnya tanpa nomor seri membeli tanah dalam jumlah hektaran, namun tidak dibangun. Pun di sebut-sebut, lahan-lahan strategis di Nusa Penida sesungguhnya lebih banyak dikuasai pemilik modal luar Bali. Prestasi Wayan Candra membangun Pelabuhan Kapal Roro.

Pun pembangunan di Nusa Penida lebih banyak dilakukan oleh Gubernur Bali, era Made Mangku Pastika. Selain memberikan bedah rumah, Mangku Pastika juga memberikan bantuan Gerbangsadu ke hampir seluruh desa di Nusa Penida.

Selanjutnya, jaman Wayan Candra berakhir. Sebagai penggantinya adalah putra Nusa Penida sendiri, I Nyoman Suwirta (2013-2023). Masyarakat kala itu, sangat berharap Suwirta membangun ketertinggalan Nusa Penida agar segera setara dengan tiga kecamatan di Klungkung daratan. Harapan telur emas menetas diberikan di pundaknya.

Tentu, janji diumbar seperti semangat anak muda yang sedang jatuh cinta. Beberapa catatan yang yang dijanjikan adalah Jalan Lingkar Nusa Penida. Suwirta pun mengakui kalau gagal mewujudkan janjinya. Jangankan terbangun satu kilometer, pembebasan lahan satu are saja tidak ada.

Suwirta juga selalu menyebut, membangun Klungkung dengan titik ungkit di Nusa Penida. Gagal mewujudkan jalan lingkar tersebut, janji lain Suwirta adalah mewujudkan bangunan sekolah SD, SMP, SMA di Nusa membaik. Sebagian sekolah di Nusa terlihat seperti kandang ayam, plafonnya bocor, bangku belajarnya sebagian tidak layak disebut bangku belajar.

Lalu, masalah air bersih. Masuklah yang namanya SWRO. Sedangkan dalam pelaksanaannya juga tersendat dan ada lagi proyek yang saat ini sedang berjalan. Masyarakat Nusa Penida masih kesulitan air bersih. Sebagian masih mengandalkan cubang simpanan air saat musim hujan. Pun pernah dari Gubernur Mangku Pastika menaikkan air Guyangan, namun manajemen pengelolaan yang amburadul sehingga air tak kunjung mengalir.

Persoalan yang tidak kalah pentingnya adalah harga-harga Sembako di Nusa yang sama dengan di Klungkung daratan. Hal ini tidak pernah terwujud. Walau ada persatuan koperasi yang membentuk PT, namun harga Sembako di Nusa masih tetap mahal. Di dalamnya juga ada Koppas Srinadi yang tergabung dalam koperasi bentukan tersebut.

Tak pelak, persoalan harga BBM di Nusa juga masih tinggi. Antrian kendaraan untuk beli BBM adalah pemandangan sehari-hari. Kapasitas kendaraan di Nusa dengan ratifikasi akses jalan belum pernah dibandingkan. Apalagi membandingkan dengan kebutuhan BBM dengan jumlah kendaraan.

Terakhir, dengan gagahnya Dermaga Bisa Munjul berdiri. Namun dermaga ini hanya bangunan tanpa aktivitas. Infrastruktur pendukung tidak dibangun, seperti jalan raya, akses dan yang berhubungan dengan dermaga. Dermaga itu diam membisu, sedangkan Kapal Roro sendiri tetap mendapat jatah satu trip, Nusa Gede ke Padangbay. Uang negara yang terbuang percuma.

Dan persoalan yang lain yang sama sekali belum selesai adalah Sampah. Sampah di Nusa menggunung, beberapa kali kebakaran. Namun karena jauh dipelosok, sehingga kebakaran tersebut lenyap.

Lalu, siapa tokoh Nusa Penida yang bisa menetaskan telur tersebut. Beberapa nama yang digadang-gadang akan maju di Pilkada 2024. Nama Wayan Baru yang kini duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Klungkung sangat berkeinginan duduk di Klungkung 1. Hanya saja kapasitas intelektual dan manajemen birokrasi masih rendah. Sorotan terhadap pembangunan di Nusa jarang terdengar.

Nama kedua adalah I Ketut Gunaksa yang saat ini sebagai anggota DPRD Klungkung. Walau demikian, hingar bingarnya mengkritik pembangunan yang tidak sesuai harapan jarang terdengar. Pun ada anggota DPRD lain seperti I Nyoman Misna, Ni Made Suwerni juga jarang muncul ke permukaan.

Nama lain yang mungkin maju adalah Komang Sumajaya. Hanya saja selain jarang muncul di permukaan, Sumajaya lebih asyik membangun bisnisnya ketimbang bersuara untuk pembangunan Nusa Penida. Ada juga nama lain, seperti Made Wijaya, Ketut Kuasa.

Nama baru yang mencuat adalah Gede Riski Pramana yang lebih banyak berusaha niaga kapal di Surabaya. Lalu, apakah Riski nantinya setelah duduk di DPRD Bali, mampu menyuarakan keluhan batin, keluhan purba warga Nusa Penida. Suara lantangnya dengan harapan ada pembangunan yang signifikan terus diharapkan.

Akhirnya, Nusa Penida sebagai telur emas mesti menetas. Namun, Nusa Penida masih menyimpan siapa satrio piningit yang mampu memecahkan cangkang telur emas tersebut. Membangun Nusa tidak sama dengan membangun Klungkung daratan, geografisnya berbeda, geopolitiknya berbeda, geospiritnya sangat khusus. Semoga satrio piningit segera turun ke gelanggang, sehingga telur emas menetas dengan cemerlang.
Apakah masih bisa tenang? (den)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kabar Terkini

Pj Bupati Gianyar, Tagel WirasaTinjau Kesiapan TPS

mewanti-wanti agar para ASN yang ada di lingkungan Pemkab Gianyar bisa bersikap…

Garda Tipikor Laporkan Dugaan Korupsi Sejumlah Kabupaten di Bali

Provinsi Bali sedang darurat Korupsi, pasalnya dari 9 Kabupaten/Kota yang ada, setengahnya…

Menyintas Hidup Lewat Camus

kekacauan hidup adalah sumber dari laku hidup itu sendiri, ia senantiasa produktif…

Ketua Garda Tipikor Mangku Rata Bertemu Mangku Pastika, Minta Petunjuk Pemberantasan Korupsi

Kami datang menemui Pak Mangku Pastika untuk minta petunjuk terkait korupsi khususnya…