Masa-masa “Post Power Syndrom” Nyoman Suwirta 

Facebook
Twitter
WhatsApp

KLUNGKUNG – kelirbali.com

I Nyoman Suwirta kini berjalan seorang diri. Tidak ada lagi ajudan, tidak ada lagi mobil dinas, tidak ada lagi kewenangan. Dia sama seperti masyarakat biasa. Kemana-mana harus sendiri. Kalaupun ada orang lain, itu hanyalah istrinya. 

Pemandangan ini sesungguhnya amat menggelikan bagi seseorang yang pernah menjadi orang nomor satu di Bumi Serombotan. Tidak ada masyarakat yang peduli, sebaik apa dia dulu. Dalam psikologis warga Klungkung, jika ada pemimpin daerah yang dulu pernah berjasa besar bagi hidupnya, respons warga jelas berbeda, sekalipun sudah tak lagi menjabat. 

Sepuluh tahun menjabat sebagai Bupati Klungkung, semestinya ada banyak hal yang bisa dikenang warga di Klungkung. Tetapi melihat respons warga ketika Suwirta keluar rumah sekadar untuk pulang kampung, nyatanya warga di sekitarnya sudah seperti tidak mengenalnya. 

Pemandangan itu sudah sering kali terjadi, tat kala Suwirta bertemu masyarakat secara tidak langsung. Rasa sungkan dan hormat kepada orang yang pernah memiliki pengaruh kuat, tak terlihat. Jangankan bertegur sapa, Suwirta layaknya orang yang tidak dikenal saat berhadapan dengan warga Klungkung. 

Situasi semakin terligitimasi tat kala Suwirta hadir dalam acara fun walk di Klungkung yang digagas PDIP beberapa waktu lalu. Tidak ada peserta fun walk yang ingin berpoto-poto dengannya, layaknya sewaktu menjadi Bupati Klungkung dulu. Padahal, simpati publik sangat dia harapkan untuk kepentingan politiknya untuk maju sebagai caleg ke DPRD Bali. 

Ada semacam hukum sosial yang sedang dia alami, atas sepak terjangnya selama menjadi bupati dulu. Hukum sosial ini dengan sendirinya memperlihatkan bagaimana track record-nya sewaktu menjabat. Hal ini seolah mengamini bagaimana sisi psikologis warga Klungkung, sebagai respons atas jejak-jejak kebijakan dan jejak karmanya saat menjabat. 

Suasana hati seorang Nyoman Suwirta nampaknya kini sedang kacau. Dia nampaknya baru benar-benar menyadari dan memahami seperti apa masa-masa Post Power Syndrom itu. Fase yang benar-benar kehilangan segala-galanya ketika tidak lagi menjabat. Kehormatan yang dulu melekat padanya, seolah-olah hilang begitu saja. Alam pikirannya kini mulai semakin dalam, menyadari bahwa selama ini yang mendekat kepadanya hanyalah kepentingan. 

Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan, Post Power Syndrome adalah gejala yang terjadi ketika seseorang yang hidup dalam bayang-bayang kebesarannya di masa lalu seakan-akan belum mampu menerima perubahan yang terjadi dalam dirinya.

Ketika difase ini, Suwirta semestinya harus semakin berani membuka diri. Tidak justru larut ke dalam suasana hati yang semakin menyakitkan karena kehilangan banyak kewenangan dan kekuasaan. Sebagaimana tutur orang-orang yang pernah di fase ini, sesungguhnya tidaklah mudah menghadapi Post Power Syndrom. Butuh waktu setidaknya setahun untuk membiasakan kembali menjadi orang biasa-biasa saja. Menjadi orang yang selalu harus sendiri untuk menyelesaikan masalah sendiri. 

Sekadar saran, Suwirta harus mencari kesibukan baru. Apalagi selepas tak lagi menjabat, dia masih memiliki kepentingan politik untuk bisa lolos dalam pertarungan Pemilu Legislatif DPRD Bali tahun 2024. Masih ada beberapa bulan menuju hari itu tiba. Rajin-rajinlah bergaul dengan masyarakat, rawatlah tim gorong-gorong yang akan bergerak untuk bisa menang pileg. Jangan hanya bergaul di jajaran elite partai saja, karena mereka sejatinya sedang sibuk mengurus diri dan menyelamatkan diri masing-masing, agar bisa menjabat kembali. 

Jangan mengurung diri di dalam rumah. Jangan larut. Jangan kenyih. Dunia politik itu keras kawan. 10 tahun dedikasi sebagai bupati tidaklah cukup untuk menang. Karena untuk memenangkan pertarungan politik macam pileg, butuh kedekatan sangat imtim dengan konstituen dan sedikit rupiah untuk mereka membeli beras. 

Selamat bertarung kawan, semoga menang. Kalaupun gagal, ayo kita menjadi petani rumput laut, agar teorimu dulu untuk membangkitkan potensi asli Nusa Penida, bisa dibuktikan sendiri. Ingat sepi saat ramai, ingat ramai saat sepi. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kabar Terkini

Balasan Terbaik ASTAGUNA Membungkam Gerindra “Menangkan Pilkada”

Gerak alam pun menunjukkan pembelaannya. Di tengah keputusasaan setelah diabaikan Gerindra, tiba-tiba…

BRI Peduli – Serahkan Satu Unit Dump Truk ke Pemkot Denpasar

Yoggi Pramudianto Sukendro mengatakan, bantuan dump truck ini sendiri merupakan wujud dan…

BRI Peduli–Serahkan Bantuan Satu Unit Dump Truck ke Pemkot Denpasar  

Bank BRI Kanwil Denpasar melalui program BRI Peduli menyerahkan bantuan satu unit…

Tim Pemenangan Prabowo-Gibran Backup Penuh Paket KATA

“Keluarga besar Pelita Prabu telah menunjukkan dukungan yang luar biasa. Kami harus…

Keberanian dan Kesunyiannya Masing-masing

Jika keberanian hanyalah soal otot (fortitude) maka preman pasar loak pun dapat…