RUMPI WAYANG – kelirbali.com
oleh Demy, penulis jalanan. Bali secara geografis berada strategis di antara kepulauan Indonesia. Dalam pusaran geopolitik memiliki sejarah panjang, baik pertukaran kebudayaan, perekonomian, politik dan keamanan. Pertukaran kebudayaan di masa sebelum era penjawaan sastra India di Nusantara (Jawa), ditandai dengan masuknya pengaruh Buddha di beberapa desa di Bali. Jauh sebelumnya, kedekatan geopolitik dengan China ditandai dengan diberlakukannya uang kepeng bolong (pis bolong) di Bali.
Akulturasi budaya seperti halnya di Pura Sagara Loka Nagaratama, di dalam satu areal tempat suci terdapat beberapa tempat pemujaan selain Hindu; Buddha, Islam. Akulturasi kebudayaan ini menjadikan Bali memiliki ragam budaya yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lain. Pun termasuk masuknya pengaruh India secara langsung atau dibawa dari tanah Jawa sampai ke Bali.
Sampai pada jaman pra kolonialisme dan kolonialisme pedagang Eropa dan Asia seperti Birma, Thailand dan negara lainnya sempat mengadu peruntungan berdagang di Bali. Pantai Kuta yang dikunjungi wisatawan Belanda di Tahun 1530-an, sebagai penanda bahwa Bali memiliki sesuatu yang khusus. Pedagang dari luar Bali mengadakan kontak dagang dengan raja-raja di Bali, sehingga lewat pedagang inilah, raja-raja di Bali bisa mengukur tingkat kemajuan wilayahnya.
Di masa kolonialisme, kisah heroik masyarakat Bali juga menjadi catatan penting bagi imperialis. Seperti yang tercatat adalah Perang Jagaraga termasuk perang lain dalam kurun waktu bersamaan di wilayah Kabupaten Buleleng. Perang Kusamba dan Puputan Klungkung di Kabupaten Klungkung, Puputan Badung dan terakhir Puputan Margarana di Tabanan. Termasuk pula perang lain yang melengkapi kisah heroik pejuang Bali terhadap kolonialisme.
Tidak saja berani berhadapan dengan kolonialisme, seni dan budaya Bali juga melawat ke Eropa dengan pentas di beberapa negara dan sampai saat ini masih berlangsung. Termasuk pula, perupa Eropa selain membagikan ilmunya di Bali dan akhirnya menetap karena terkesan dengan kebudayaan Bali.
Sebagai hadiah dari Belanda, didirikanlah Gedong Kirtya di Buleleng sebagai tempat pembelajaran dan mencari apa itu Bali melalui naskah-naskah kuno. Termasuk sekolah dasar pertama di Bali Tahun 1876 yang sampai saat ini sekolahnya masih berdiri di sebelah Gedong Kirtya. Hadiah dari Belanda yang tidak kalah pentingnya adalah tidak menghadirkan misionaris ke Bali.
Penanda-penanda singkat tersebut membuktikan Bali memiliki sesuatu yang istimewa di mata dunia. Memiliki peradaban yang panjang dan menggugah kembali untuk di buka. Pasca kemerdekaan dan saat ini ini pula Bali tetap menjadi kancah percaturan elit global. Sekali pun Bom Bali I dan Bom Bali II sempat mengguncang perekonomian dan pariwisata secara Global, Bali masih tetap cantik untuk di kunjungi. Dalam perjalanannya pula, Bali beberapa kali menghadapi kondisi bencana alam, seperti gunung meletus, banjir dan longsor. Mata dunia segera menoleh Bali, untuk segera mendapat penanganan. Dalam pandemi terakhir, Covid-19 pula bantuan dari negara asing membanjiri Bali.
Dalam dua tahun terakhir, beberapa event dan pertemuan global dilaksanakan di Bali. Yang bahkan, perhelatan berhasil dengan sangat memuaskan tanpa ada riak. Selain event bilateral, tamu kenegaraan juga berlibur di Bali baik dengan protokoler kenegaraan atau secara pribadi. Tak jarang pula, artis papan atas dunia dan wisatawan dengan nyamannya naik sepeda motor menjelajahi pesona alam Bali.
Geopolitik Bali yang sudah teruji sejak abad masehi dan bahkan terus meningkat, membuktikan Bali memiliki sesuatu yang istimewa. Secara perekonomian pula, investasi asing lewat akomodasi pariwisata sangat jamak ditemui. Semuanya menawarkan kenyamanan sehingga aman berinvestasi. Masyarakat Bali pun tetap berdiri tegak dengan warisan budayanya sekalipun disisipi sentuhan modernitas tanpa menghilangkan jati diri Bali itu sendiri.
Memasuki tahun politik juga masyarakat Bali masih tetap menawarkan keeksotikan, bahwa secara sadar masyarakat Bali hidup dari warisan kebudayaan sehingga dalam berpolitik pun diwarnai nuansa budaya Bali yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain. Apa pun pilihan politik masyarakat Bali, itu adalah dinamika masyarakat Bali yang juga memiliki sejarah tersendiri dari pra kemerdekaan dimana pemimpin bangsa ini memiliki Ibu dari Buleleng, Bali. Walau tahun politik dalam hitungan hari, Bali secara nasional dan dunia terus akan menawarkan keeksotikan kenyamanan, sehingga dunia juga menaruh harapan, agar Bali tetap dijadikan tempat yang aman dan nyaman bagi pariwisata dan perhelatan elitis internasional. Bali tetap indah di mata dunia, bukankah itu harapan kita semua.(den)