SASTRA – kelirbali.com
oleh Denara, penulis jalanan. Ketika perempuan/seorang istri hamil, tentu yang lumrah menjadi pertanyaan adalah apakah sudah memeriksakan diri ke dokter kandungan. Sudah USG?, Laki apa perempuan?. Sedangkan pertanyaan yang sangat jarang kita dengar adalah bagaimana merawat bayi dalam kandungan yang pelaksanaannya mengacu kepada keraifan lokal yang bersumber dari ajaran Hindu.
Tradisi memelihara bayi dalam kandungan ini mulai digeser oleh pengetahuan medis modern, sehingga semakin ditinggalkan. Bahkan di dalam ajaran Hindu, dari memulai hubungan badan, sejumlah persiapan dan doa mesti sudah dilaksanakan. Disamping itu kewajiban-kewajiban seorang istri yang sedang hamil juga diisyaratkan dalam ajaran Hindu dengan ajarannya Sanskara.
Ajaran Sanskara ini disusun oleh Maha Rsi Caraka Beliau dinyatakan memiliki putra 6.000 orang. Berkat tapa beliau maka seluruh putranya menguasai jagat raya ini dan menguasai betul ke-empat Weda. Kitab ini memuat tentang pentingnya proses pemeliharaan janin dalam kandungan.
Perawatan selama 9 bulan janin dalam kandungan, diyakini dapat mempengaruhi karakteristik, watak anak dalam kehidupannya kelak di dunia. Sebagai contoh kecil adalah proses lahirnya Rahwana, ia dilahirkan dengan situasi yang rajasika maka semua sifat lahiriahnya adalah rajasika. Begitu pula kelahiran Pandu, Drshtarata dan Widura, ketiganya itu mendapat perlakuan yang berbeda saat dilakukannya hubungan. Masih banyak contoh yang dapat mencerminkan bahwa proses awal kehidupan seksual hingga masa pemeliharaan janian dalam kandungan berpengaruh dalam kehidupan manusia kelak.
Salah satu contoh nyata yang dinyatakan oleh Radhakrishnan dalam bukunya tentang Hindu Dharma, dua orang serdadu yang memiliki garis keturunan kebangsawanan. Satunya menikah dengan wanita pandir dan buta huruf, pada garis keturunannya yang ke-enam melahirkan 143 orang dengan otak terbelakang, 33 moralnya rusak, 3 orang ayan, 36 orang lahir tidak sah dan tiga orang sebagai penjaga rumah pelacuran. Sedangkan serdadu lainnya yang menikah dengan wanita beradab, dengan jumlah keturunan 496 pada generasi ke 6 menghasilkan generasi seperti gubernur, tentara, dosen terkemuka dan orang-ornag yang berpengaruh dalam strata sosial.
Dalam Kitab Sanskara, Bagian Caraka Sanhita, Sutra 42 disebutkan, “Bila ibu hamil tidurnya suka telanjang maka anak yang lahir menjadi gila. Ibu yang tidak berpakaian bersih akan melahirkan anak yang tidak bisa mengurus diri, susah diatur. Bila ibu yang hamil suka bertengkar atau ngoceh maka anak yang lahir kelak berpenyakitan.”
Bila berhubungan badan (intercourse) berlebihan, maka anak yang lahir kelak pada masa dewasa diyakini akan memiliki kebiasaan berhubungan badan berlebihan juga. Bila ibu yang hamil selalu diliputi rasa cemas, sedih dan takut maka anak yang lahir kelak kurus dan berpenyakitan. Bila ibu terlalu banyak mengkonsumsi garam maka anak nanti kelak cepat uban, kulit cepat keriput.
Bila ibu suka marah dan mendendam maka anak yang lahir kelak suka berkelahi. Sifat-sifat negatif akan menurun kepada sang anak kelak. Bila ibu suka berpakaian gelap maka anak lahir kelak hidup dalam kegelapan, sakit mata.
Selanjutnya dikatakan, berusahalah mandi sebelum matahari terbit dengan mengucapkan mantra Gayatri dan Doa kepada Dewi Gangga agar tubuh dan jabang bayi dalam keadaan suci. Bila ibu suka merokok maka anak lahir kelak berumur pendek. Perlu diketahui bila sang ibu merokok sebatang maka bayi dalam kandungan akan berhenti bernafas selama 5 detik.
Dalam Sutra ke 44 dijelaskan lagi, “Selalu hormat kepada orang tua, mertua, ipar dan sanak keluarga. Selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan mereka itu. Hendaknya si Ibu selalu dalam keadaan yang berbahagia. Memakai pakaian yang bersih, tidak mencolok. Hindari berpakaian gelap, demikian pula suaminya. Selalu mempunyai keinginan menolong orang lain, merasakan penderitaan orang lain. Suka berderma sesuai kemampuan, begitu pula suami. Menjauhi segala sesuatu yang menakutkan, berwajah jelek, seram.”
Menghindari makanan yang sudah basi, masam, kecut, pemberian dari orang yang tidak dikenal, masakan dari jagal (tukang potong hewan), atau masakan yang sudah diolah ke dua kalinya. Hindari makanan dari hasil minyak goreng yang bekas menggoreng daging. Hindari makanan dari hasil buruan. Hindari makanan yang berasal dari hasil pembakaran dari abu (metambus) bukan panggang.
Selanjutnya ada lagi beberapa pantangan yang patut dihindari, hendaknya kamar tidur selalu dalam keadaan bersih. Hindari masuk ke rumah orang yang dalam keadaan kosong tanpa penghuni. Juga hindari bepergian tanpa disertai suami atau sanak keluarga yang lain, tidak mendatangi tempat pembakaran mayat. Hindari menerima tamu apabila suami atau sanak keluarga tidak berada dirumah.
Hendaknya selalu membisikkan Gayatri Mantram kepada Jabang bayi (pada kandungan). Hendaknya Jabang bayi mendapat pendidikan oleh sang bapak/ayah mengenai cerita kepahlawanan, kidung suci, serta keindahan dunia ini. Hendaknya rumah itu bagaikan sorga, selalu terdengar musik yang indah, ada tanaman hijau membayangkan bahwa taman itu adalah milik Krshna, taman Rama atau taman Bodi milik sang Sidharta yang selalu mekar setiap harinya.(den)