SENTIL DALANG – kelirbali.com
Oleh Denara-penulis jalanan. Liberalisme ingin memberikan hak pilih kepada seluruh bumi untuk berkuasa. Liberalisme bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan bagi semua orang (kecuali mereka yang memegang kekuasaan); liberalisme tidak pernah mencari pembatasan kekuasaan yang merupakan pembatasan kebebasan dan perbudakan manusia dalam kondisi kemiskinan dan bahaya yang tak tertahankan.
Kekuatan untuk membebaskan diri dari bahaya tentu saja berarti peningkatan kemakmuran sebagai sarana untuk mengurangi bahaya. Kekuasaan dan kemakmuran, dalam kerangka liberal, berjalan beriringan. Dan, seperti yang kita ketahui dari pandangan ke depan Bacon yang profetik, sains dan teknologi sangat diperlukan dalam upaya praktis ini.
Alam memberikan timbal balik atas perlakuan terhadapnya, alam adalah feminim yang sesungguhnya.
Dan tidak ada yang lebih praktis—seperti yang diramalkan oleh Machiavelli—daripada pencapaian dan penggunaan kekuasaan untuk melestarikan dan memajukan kekuasaan. Tanpa sains dan teknologi, kita kekurangan kekuasaan dan berkubang dalam kesengsaraan kemiskinan yang melemahkan kita. Bukanlah suatu kebetulan bahwa liberalisme bertepatan dengan revolusi ilmiah yang kemudian melepaskan revolusi industri.
Alam, dalam pandangan liberal, adalah sesuatu yang harus dihindari. Liberalisme tidak akan pernah berusaha untuk kembali ke alam karena liberalisme berusaha untuk mendominasi alam. Melalui dominasi alam inilah kita semakin dekat dengan “kebaikan nyata di masa depan” yaitu kemakmuran dan pemberantasan bahaya dan rasa sakit fisik. Ironisnya, inilah yang terkandung dalam lingkungan hidup.
Lingkungan hidup adalah filosofi liberal sejati yang berhubungan dengan alam karena tidak ingin menyelamatkan alam atau memulihkan alam melalui keseimbangan lepas tangan, tetapi ingin mengendalikan alam melalui penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri “hijau” tertentu yang akan memungkinkan manusia untuk menjalankan kendali total atas alam dengan kedok menyelamatkannya. Lingkungan hidup hanyalah manifestasi lain dari watak liberalisme yang berorientasi pada objek dan semangat penaklukannya untuk membantu membawa “kelegaan bagi keadaan manusia.”
Dari sini, bisa diketahui, alam yang bersifat feminim, dipaksa menjadi maskulin. Karena maskulinitas alam ini, manusia melakukan penaklukan, penguasaan dan ekploitasi. Yang pada akhirnya, alam membalas dengan perlahan, bijak yang kemudian sifat asli alam yang feminim kembali. Pada akhirnya alam kembali ditempatkan sebagai ruang feminim ketika batas maskulinitasnya sudah habis.(Den)