Homo Ludens di Atas Sarkofagus

Dari ruang imaji Meja Biliar ini, Putrayasa seperti menaruh curiga, mengingatkan siapa saja mesti berhati-hati dengan “kebaikan” dan “bantuan” dibungkus citra semu. Sebab kata Oliver Goldsmith, “bantuan kerap memelintir kebenaran dengan cumbu rayu”. Di tengah-tengah wabah berita palsu, liputan-liputan pers mudah dibeli, perang citra itu bergulir,,,,

Selengkapnya

Sisypus Game dan Dewa Khayali itu,,

Eksplorasi alam, kerap dibahasakan sebagai proyek kesejahteraan. Jargon-jargon harmoni; wana kertih, danu kertih dikumandangkan, sembari dengan hati kerontang, tanpa empati membongkar bukit-bukit untuk satu otupia semu — dengan bahasa kuasa ‘Era Baru” hari depan lebih baik. Lagi-lagi kita bergulat dengan absurditas–

Selengkapnya

Tergoda Keindahan Sesaat

Dirinya ingin mengikuti langkah pertapa, Wana Prastha menyepi dari riuh masyarakat dan mendekat diri dengan sang penguasa. Pikiran sesaatnya memastikan bahwa tujuan hidup berdamai dengan diri damai dengan alam. Maka keputusannya bulat, seluruh hidupnya akan diabdikan sebagai pertapa.

Selengkapnya

Gigi Emas, Rasa ‘Ngilu’ Seorang Pematung

Ia selalu punya cara genial, bagaimana seni adalah juga sebentuk perlawanan, menghadirkan cibiran karikatural menohok pada situasi terkeni kehancuran adab bangsanya, kemaruk para elit, dan media pers yang lumpuh sebagai lembaga kontrol. Di tengah-tengah kelumpuhan itu, walau dengan rasa ngilu, dan kepedihan menyengat, Putrayasa menunjukkan pendiriannya untuk bersuara.

Selengkapnya

Ciri-ciri Kiamat (Pralaya) Menurut Rsi Wyasa

Rsi Wyasa mengungkapkan tanda-tanda kehancuran lain dengan berkata, “Saat Matahari menjelang terbit dan terbenam, setiap hari aku melihat Matahari ditutupi bayangan tubuh tanpa kepala. Awan muncul dengan tiga warna, di pinggir berwarna merah dan putih sedangkan di tengah berwarna hitam diikuti dengan lecutan kilat yang berbentuk gada dan terjadi siang dan malam. Aku juga melihat Matahari, bulan dan bintang-bintang menyala-nyala bagaikan terbakar. Ini terjadi baik siang dan malam dan semuanya menimbulkan rasa takut,” jelasnya.

Selengkapnya

Pura Watu Klotok Peninggalan Raja Kertha (Mpu Kuturan)

Ternyata, selain dikenal sebagai linggih pesucian Ida Batara Besakih, Pura Watu Klotok juga menyedot dikenal sebagai lokasi pangayengan Bunda Kanjeng Ratu Kidul. Sehingga, sejak beberapa tahun lalu, di kompleks pura itu, juga ditambah satu palinggih baru yang dipungsikan sebagai pangayengan di nista mandala. Dewa Soma yang dihubungi belum lama ini mengatakan, penambahan satu palinggih itu, bermula ketika banyak penekun spiritual atau para bakta Bunda Kanjeng Roro Kidul berdatangan ke pantai lokasi Pura Watu Klotok, setiap bulan suro atau purnama.

Selengkapnya