POLITIK – kelir bali
oleh Denara – penulis jalanan. Semakin mendekati pendaftaran bakal calon gubernur dan bupati/walikota, suhu politik tensinya mulai naik. Khusus di Bali, untuk bakal calon gubernur semua masih wait and see. Sedang berhitung atau hitung-hitungan, menimbang untung rugi.
Persoalan klasik di PDIP Bali, rekomendasi biasanya turun di detik-detik terakhir masa pendaftaran. Pun rekomendasi ini turun setelah pergulatan panjang antar faksi-faksi di DPD PDIP Bali. Ketua DPD PDIP Bali, I Wayan Koster yang sebelumnya sangat percaya diri mendapat rekomendasi, belakangan justru mulai goyah. Dua penantang baru Koster adalah Giri Prasta dan Gusti Ayu Bintang Puspayoga. Kedua penantang ini juga memiliki kans mendapat rekomendasi. Bisa jadi Koster mulai galau. Apa yang ia perbuat untuk Bali mulai kandas. Dan legacy yang ditinggalkan nampaknya tanpa penerus.
Sedangkan untuk PDIP Kabupaten Klungkung, dua nama yang masih bersaing adalah Anak Agung Anom – Ayu Suwirta yang rebutan rekomendasi dengan I Made Satria – (kosong). Gung Anom-Ayu Suwirta sudah tidak diragukan lagi akan bekal politiknya. Gung Anom sebagai Ketua DPC sudah terbukti membesarkan partai dan meningkatkan jumlah kursi di DPRD Klungkung dan membawa dua nama ke DPRD Bali. Sedangkan Ayu Suwirta pasti disokong oleh suaminya, Nyoman Suwirta yang bakal duduk di DPRD Bali.
Info yang santer terdengar, bila Paket Anom – Ayu mendapat rekomendasi, sebagai panglima perang atau ketua tim pemenangan paket ini adalah I Nyoman Suwirta. Sangat beralasan memang. Nyoman Suwirta yang pernah duduk sebagai Bupati Klungkung dua periode, bila menjadi panglima perang, tidak akan kesulitan memobilisasi masa. Di samping itu, popularitas Suwirta di masyarakat Klungkung masih sangat hangat. Pun saat Pileg berhasil mendapat suara lebih dari 50.000 suara.
Akan sangat komplit bila pasangan ini mendapat rekomendasi dan rekomendasi di tangan, turun ke masyarakat langsung tancap gas. Ini mengejar ketertinggalan Paket Juliarta-Wijaya yang sudah mulai tebar pesona. Pun Suwirta bisa dengan kepala tegal menyebutkan, bila saat Pileg mendapat suara lebih dari 50.000, maka dirinya bisa mengajukan nama untuk paket Klungkung satu.
Di sisi lain, kompetitor Gung Anom adalah I Made Satria. Walau sempat dipastikan mendapat rekomendasi, masih ada hambatan. Dimana Made Satria sangat kesulitan menentukan siapa yang bakal mendampingi. Hal ini karena Koalisi Nawasena tidak pernah sepakat menelurkan nama ke Made Satria untuk mendampinginya. Kondisi ini menyebabkan semakin anjloknya angka survei internal terhadap Made Satria.
Penentuan siapa yang bakal menjadi pendamping sangat menguras energi. Terutama tidak percaya diri terjun ke masyarakat karena belum memiliki pasangan. Ibarat kondangan nikah, datang sendiri tanpa pasangan. Yang terpenting adalah, kondisi tersebut sangat mengurangi waktu untuk terjun ke masyarakat. Maka, benarlah apa yang dikatakan Kaisar Jepang Toyotomi Hideyoshi, “Bertarunglah ke medan perang, asalkan syarat-syarat kemenangan sudah di tangan.” (den)