Menyintas Hidup Lewat Camus

Facebook
Twitter
WhatsApp
images (15)~3
Hidup yang absurditas dan selalu terpola atas kepentingan kapitalistik

Seni dan Budaya – kelirbali.com

Oleh – N.Teguh. Tidak keliru ketika Camus memandang hidup sebagai sesuatu yang absurd. Camus mengajak kita memandang dunia dengan cara yang sama sekali lain dari para pemikir filsafat sebelumnya, yang mengatakan dunia selalu memiliki semacam logos atau keteraturan.

Jika pada pemikir, ambilah contohnya pada Alexander Kojeve, peradaban selalu terhubung kepada masa depan yang jauh, sebuah zaman idealitas yang utopis melalui pergulatan-pergulatan sejarah. Berbeda pada Camus yang cenderung memandang hidup bukan sebagai sebuah lompatan, melainkan sebagai kekosongan makna. Hidup seperti bejana makna yang tidak ada makannaya. Demikianlah absurditas merupakan salah satu kunci pemikiran Camus.

Dalam teks-teks filsafat kuna, atau modern awal seringkali kita menemukan kalimat yang penuh glorifikasi pada sebuah keteraturan yang menjelma dalam berbagai istilah seperti being, order, cosmos, logos, bahkan sense atau makna. Hidup adalah sebuah pergulatan mencapai idealitas, atau keterpolaan yang teratur. Dalam kadar yang sama, kita bisa pula menemukan impian semacam ini pada buku-buku praktis tes CPNS, atau TPA, atau cepat kilat kaya raya. Begitulah idealitas yang sebetulnya telah disemai oleh para pemikir modern yang kemudian diserap hingga kini di dalam alam raya kontemporer kita.

Imaji-imaji semacam itu menjadi tujuan yang dihasrati bersama, jangankan untuk bisa sampai, sudah menghasrati saja sudah waras. Maka begitulah kesuksesan, kekayaan, dan semacamnya adalah modus untuk menetapkan seseorang disebut sebagai individu normal yang baik-baik saja. Sama halnya dengan rutinitas yang kita jalani sehari-hari: tidur, bangun, mandi, sarapan, pergi ke kantor dengan kondisi jalan berlubang dan macet, bersiap dengan dunia perkantoran yang melelahkan lalu pulang dan makan dan tidur lagi begitu seterusnya.

Di dalam jagat kontemporer rutinitas semacam itu adalah sebuah berkah karena kita sudah mampu menjadi bagian dari kesibukan kota yang maha dahsyat. Kesibukan semacam ini tidak terbayarkan kecuali dengan keabsurdan yang ditawarkannya sendiri kepada kita: seorang kawan yang mendadak di pecat karena memiliki hutang pinjol, seorang staf yang diberhentikan karena tidak mencapai target, seorang buruh yang terpeleset dan keseleo, seorang manajer yang ketahuan memiliki skandal, hingga tukang laundry yang setiap hari menemukan uang lima ribu rupiah di setiap kantong celana yang ia cuci.

Untuk sampai pada tujuan tertentu atau target tertentu seseorang mesti rela melakukan apapun dengan bayaran mahal: kursus bahasa inggris dengan biaya jutaan, seseorang yang nekat menggadai perhiasan kawin untuk mendapatkan pinjaman pembelian sepeda motor merk terbaru, berhutang pada sesama rekan kerja untuk membeli baju branding dan seterusnya, menombok platform jurnal untuk mendapat gelar guru besar dan seterusnya. Itulah jagad kontemporer kita. Namun di balik gemah ripah kekacauan, kita toh tetap menghisap candu yaitu imaji akan semua hal yang sukses di masa depan, alih- alih tercapai, sudah syukur hanya sekedar jadi pelipur lara.

Kita pun wajar saja bertanya, apa arti semua tujuan ini? apa arti semua ini? Camus jelas memandang bahwa hidup tidak memiliki arti atau makna seperti yang dipikirkan para filsuf sebelum dia. Pertanyaan semacam ini bukanlah pertanyaan skeptis yang seolah-olah memandang bahwa hidup tidak berharga lagi. Justru sebaliknya, pertanyaan semacam ini memperkaya kembali khasanah kita dalam memaknai hidup menghindari kita pada perasaan parno atau kecemasan yang mempersempit kehidupan kita sendiri. Lebih tepatnya mengenali hidup yang sama sekali tidak mengenal kita.

Dihadapan kebahagiaan, rasa putus asa, tragedi, penderitaan hidup sunyi seolah tak pernah mengenali kita. Begitu pula dengan kita yang selalu berharap dan memiliki pengharapan akan sesuatu tapi toh hidup diam tak menggubris. Persis itulah yang Shisyphus hadapi ketika ia mesti menjalani kutukan Zeus; rutinitas abadi mendorong batu ke atas bukit dan membiarkannya kembali bergulik ke bawah, mengulang kembali dan seterusnya. Namun Sysyphus toh senang- senang saja menjalani rutinitasnya yang begitu-begitu saja, meski dia tahu bahwa batu yang ia dorong akan sampai ke puncak, meski seseorang yakin bahwa makna hidup ada di depan sana, toh batu tetap bergelinding ke bawah, toh hidup tetap berjalan kembali, meski makna rasanya berhasil kita peroleh.

Hidup semakin terasa aneh namun kita semakin akrab dengan hidup yang tak pernah kenal siapapun. Bergerak tanpa pergerakan, kekacauan ke kekacauan, jikapun disana ada keteraturan, keteraturan itu hanyalah efek dari kekacauan, ia menjadi penyintas di dalam bayang-bayang kita yang tak pernah padam untuk menghasarati harapan pada hidup yang diam. Inilah gambaran absurditas jagat kontemporer yang dibayangkan Camus.

Namun disinilah menariknya, kekacauan hidup tidak selalu berarti negatif, kekacauan hidup adalah sumber dari laku hidup itu sendiri, ia senantiasa produktif dan kreatif, tidak destruktif. Singkatnya kekacauan yang positif. Kita bisa saja merencanakan semua hal dengan serapi mungkin, tapi sesuatu yang lain bisa saja terjadi di masa depan, kita bisa saja yakin pada pasangan kita sendiri, namun ternyata ia selingkuh dengan orang lain, atau mantan pacar yang bertunangan dengan sahabat karib kita sendiri, kita baru saja resign dari pekerjaan kita di tempat kursus lalu kita kembali lagi ke tempat itu untuk kursus. Disinilah Nietzsche wajib kita hadirkan dengan kalimat epiknya: amor fati fatum brutum. Mencintai hidup walaupun itu pedih dan menyakitkan.

Tapi, kita mesti berhati-hati, Camus tidak sedang merumuskan argumen yang absolut. Tentu ia tidak memaksudkan pandangannya tentang absurditas sebagai sebuah cara final memandang hidup. Camus tidak memberi rumusan apapun tentang kehidupan. Ia sedang menasehati kita untuk lebih berhati-hati dan mawas, agar kita tidak terjebak pada makna hidup yang kita karang sendiri apalagi makna hidup yang dipaksakan orang lain kepada kita. Selebihnya hidup ini puitis, tapi kadang juga main-main.(Den)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kabar Terkini

Pj Bupati Gianyar, Tagel WirasaTinjau Kesiapan TPS

mewanti-wanti agar para ASN yang ada di lingkungan Pemkab Gianyar bisa bersikap…

Garda Tipikor Laporkan Dugaan Korupsi Sejumlah Kabupaten di Bali

Provinsi Bali sedang darurat Korupsi, pasalnya dari 9 Kabupaten/Kota yang ada, setengahnya…

Menyintas Hidup Lewat Camus

kekacauan hidup adalah sumber dari laku hidup itu sendiri, ia senantiasa produktif…

Ketua Garda Tipikor Mangku Rata Bertemu Mangku Pastika, Minta Petunjuk Pemberantasan Korupsi

Kami datang menemui Pak Mangku Pastika untuk minta petunjuk terkait korupsi khususnya…