Siswa Makan Siang Gratis, Harapan Semua Kalangan

Facebook
Twitter
WhatsApp

RUMPI WAYANG – kelirbali.com

oleh Denara, penulis jalanan. Di sebuah pedesaan, sehabis penat mengolah sawah sebuah keluarga petani menikmati makan sore. Setelahnya, mereka menonton TV. Karena hanya itulah penghiburan di malam hari sebelum tidur dan esoknya kembali ke rutinitas. Salah satu hiburan terbaru adalah peristiwa politik di tanah air. Lalu, keluarga ini mendengar, bahwa Program Capres-Cawapres Prabowo-Gibran bernomor urut 2 menyebutkan Program makan siang gratis buat siswa.

Petani ini mendadak sumringah, di tengah hempasan ekonomi dan mesti menyiapkan makan siang buat tiga putra-putrinya sepulang sekolah. Kadang kala, hanya disiapkan beberapa mie instan dan nasi matang dalam magiccom. Itupun kalau ada uang untuk membeli mie instan, kadang pula, hanya tersedia ikan asin ditambah sambal cabai garam.

Bagi keluarga yang berlebih, mereka juga kadang tidak bahagia. Putra-putrinya lebih memilih makanan cepat saji, sehingga cukup membeli sepulang sekolah dan konsumsinya tidak bervariasi. Atas nama kesibukan karir, bisnis maka yang ada di meja makan adalah uang, yang mana makan siap saji masih ada di toko atau warung. Tidak banyak keluarga yang menyiapkan makanan di meja makan lengkap dengan aneka suguhan, seperti jaman Soeharto dulu, ‘Empat Sehat Lima Sempurna’

Gambaran seperti ini terjadi di desa-desa pinggiran kota bahkan sampai di pelosok. Mereka baru makan daging dengan puas saat usai perayaan keagamaan. Tampak kedengarannya baik-baik saja, namun bila masuk ke dapurnya yang tersaji adalah kesederhanaan. Walau tidak semua warga desa miskin atau berkecukupan untuk makan.

Seorang petani lalu bertemu perangkat desa di jalan lalu bertanya, “Pak, apa benar Prabowo kalau jadi presiden, kasi anak-anak makan gratis?” Tanpa berpikir dua kali, “Benar, tapi nanti. Kalau Prabowo presidennya.” Jawab pejabat desa tanpa memberi ajakan memilih pada paket presiden. Bagi petani, kata-kata seorang pejabat desa adalah kebenaran. Lalu petani ini pulang kerja dengan semangat. Paling tidak, bila Prabowo-Gibran menyediakan makan gratis buat siswa, setidaknya petani ini bisa menghemat Rp 20.000 sehari buat tiga anaknya. Bagi seorang petani, menghemat Rp 20.000 X 28 hari sekolah adalah angka yang besar.

Percakapan berlanjut antar petani, antar warga, bahwa program makan siang gratis ini adalah harapan. Sekali pun mereka tidak pernah tahu bagaimana pendidikan di Korea Selatan, Jepang atau Amerika, sekali lagi warga kelas menengah ke bawah ini berharap program makan siang ini bisa terwujud. Atau paling tidak, kelas atas dalam gerbong Prabowo-Gibran memberikan informasi meyakinkan, bahwa program tersebut adalah program cepat. Prabowo-Gibran menang, makan siang gratis siswa terwujud. Harus.

Bila ditilik untuk Bali sendiri, setidaknya terdapat 851.000 lebih siswa setiap harinya menikmati makan siang gratis. Siswa dari TK, SD, SMP dan SMA termasuk siswa. Bahwa dengan program ini, siswa-siswi tidak lagi pulang penuh keraguan, apakah sudah ada lauk di dapur. Sehabis makan siang, entah mereka belajar lagi, atau pulang. Perut mereka sudah terisi, karena dalam perut yang terisi mereka dengan nyaman belajar.

Jauh-jauh hari, Prabowo juga pernah mengungkap bahwa rata-rata penduduk Indonesia minum susu hanya dua tetes per harinya. Angka ini menurut Prabowo sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Wacana ini sesungguhnya sudah ada sekitar 15 tahun lalu. Dalam sebulan, hanya minum susu 21 gram atau dalam setahun hanya menikmati 2 gelas susu. Melihat kondisi ini, Prabowo berusaha meyakinkan penurunan stunting juga dimulai dari usia dini, sehingga generasi ke depan, lebih cerdas, trengginas.

Lalu, siapa yang mendapat manfaat dari program ini. Bila dihitung setiap siswa makan siang dengan angka Rp 7.500 per hari, maka di Bali akan berputar uang Rp 63 miliar lebih. Makan siang ini ada di setiap sekolah dengan standar tertentu, sehingga ke depan tidak ada lagi warga yang stunting.

Manfaat pertama dinikmati petani sayur, yang setiap hari dalam piring makan terdapat sayur yang dihasilkan dari kebun-kebun yang ada di Bali. Manfaat kedua, oleh peternak ayam dan ayam petelur. Yang paling tidak, seminggu sekali 851.000 telur dikonsumsi yang dihasilkan dari peternak asal Bali. Tentunya yang terakhir adalah usaha katering atau usaha yang mengelola makan siang buat sekolah-sekolah yang ada di Bali. Dengan Rp 63 miliar beredar setiap harinya, maka dipastikan dana itu terus berputar sepanjang tahun, sehingga perekonomian di Bali terus hidup.

Tentu, ada kalimat klise, “Tidak ada makan siang yang gratis,” lali mari kita lihat apakah sosok Prabowo, yang mungkin sudah capek makan siang. Paling tidak harapan berhemat bagi keluarga petani di pinggiran, warga , nelayan atau buruh kelas bawah bisa menikmati janji Prabowo-Gibran setelah beberapa saat dilantik.

Ini baru satu program, tentu masih ada program lain yang memberi kejutan.(den)

foto diambil dari web beritasatu.com

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kabar Terkini

Balasan Terbaik ASTAGUNA Membungkam Gerindra “Menangkan Pilkada”

Gerak alam pun menunjukkan pembelaannya. Di tengah keputusasaan setelah diabaikan Gerindra, tiba-tiba…

BRI Peduli – Serahkan Satu Unit Dump Truk ke Pemkot Denpasar

Yoggi Pramudianto Sukendro mengatakan, bantuan dump truck ini sendiri merupakan wujud dan…

BRI Peduli–Serahkan Bantuan Satu Unit Dump Truck ke Pemkot Denpasar  

Bank BRI Kanwil Denpasar melalui program BRI Peduli menyerahkan bantuan satu unit…

Tim Pemenangan Prabowo-Gibran Backup Penuh Paket KATA

“Keluarga besar Pelita Prabu telah menunjukkan dukungan yang luar biasa. Kami harus…

Keberanian dan Kesunyiannya Masing-masing

Jika keberanian hanyalah soal otot (fortitude) maka preman pasar loak pun dapat…