POLITIK – kelirbali.com
oleh Denara, penulis jalanan. Saat Pilpres 2019 lalu, Jokowi-Maaruf berhasil dengan kemenangan telak, 91% di Bali. Suatu kemenangan yang cemerlang dan tidak ada provinsi lain yang menyamai prestasi ini. Target ini bakal diulang lagi dalam Pilpres 2024, yang bahkan dengan target 95%. Hal ini berulang kali diucapkan Ketua DPD PDIP Bali, I Wayan Koster. Realistiskah?
Jumlah pemilih di Bali 3,2 juta lebih. Yang artinya sekitar 125.000 pemilih saat Pemilu nanti tidak mencoblos paket Ganjar-Mahfud. Atau sebesar 3 juta lebih pemilih Bali akan memenangkan Ganjar-Mahfud. Target kemenangan ini terus digaungkan. Di sisi lain, keberhasilan pembangunan periode I Koster-Cok Ace terus pula digaungkan, sebagai bukti kepemimpinannya berhasil merebut dana pusat untuk pembangunan Bali. Nampaknya masuk akal, mengingat dengan sejarahnya, Bali adalah Kandang Banteng.
Adapun kandang banteng sesungguhnya, seperti di Gianyar, Kota Denpasar, Badung. Menyusul Buleleng, Jembrana, Karangasem dan Bangli. Sedangkan Klungkung sendiri masih diragukan kemerahannya, walau kemenangan Pilgub dan Pilpres sebelumnya diraih, namun tidak sebesar kabupaten lain. Keyakinan Koster lainnya adalah, sebagian besar bupati di Bali adalah merah. Kecuali Bupati Jembrana dari Partai Demokrat namun berafiliasi dengan kandang banteng. Bupati Klungkung yang berasal dari Gerindra dan Bupati Buleleng dari ASN yang mungkin saja dibesarkan di kandang banteng. Sehingga, selain dukungan bupati yang berbaju merah, juga ketua-ketua DPC PDIP yang solid terus bergerak, memenangkan Capres Ganjar-Mahfud.
Titik kemenangan ini juga didasari oleh caleg-caleg dari PDIP yang diterjunkan caleg-caleg yang memang memiliki basis masa riil. Di tangan para caleg inilah kemenangan 90-95% itu akan didapatkan. Target kemenangan ini juga sudah jauh-jauh hari ditetapkan, dimana para caleg sudah dibekali pendidikan politik, dan bagaimana meraih masa. Termasuk pula, amunisi bansos/hibah dari pemerintah yang lebih dibanding partai bukan merah, sehingga caleg yang berasal dari DPRD lebih mudah mendulang suara.
Semudah itukah?
Bila bertanya kepada kubu Prabowo-Gibran, khusus untuk di Bali, mereka tidak menargetkan perolehan suara. Paling tidak memenangi Pilpres dan mendapatkan kursi di DPRD. Untuk kursi di DPRD mereka menargetkan satu fraksi penuh, sedangkan untuk Pilpres paling tidak setengah suara dari Pileg.
Pengusung paket Prabowo-Gibran, mendengar target yang akan dicapai kubu PDIP dan koalisinya hanya manggut-manggut. Mengingat koalisi KIM saat ini bergabung partai besar, Gerindra, Golkar, Demokrat, PBB, Gelora, PSI. Partai-partai ini juga sudah melakukan survei internal.
Lalu berembus kabar, pada survei internal di Gerindra suara Prabowo-Gibran sudah mendekati 60%. Begitu pula Partai Golkar yang melakukan survey internal, bahwa Capres Prabowo-Gibran sudah diangka 46%. Demokrat juga tidak mau kalah, selain survei internal para calegnya, juga melakukan survei Pilpres. Embusan kabar hasil survei suara para calegnya berada di angka stagnan antara 25-30%. Yang artinya, kemungkinan satu fraksi sudah diraih. Tidak muluk-muluk. Sedangkan hasil survei Pilpres didapati angka 33% untuk Prabowo-Gibran.
Yang tidak kalah mengejutkan, ketika PDIP melakukan survei internal terhadap Ganjar-, hasil survei di internal PDIP didapati suara Ganjar-Mahfud berkutat pada 43%, Prabowo-Gibran 38% dan sisanya untuk Anies-Imin dan tidak memilih.
Target kemenangan 95% bisa jadi realistis, karena kampanye belum dimulai dan amunisi apa yang dipakai meraup 95% itu belum menampak. Kendati tidak ada hukuman kalau tidak sesuai target, hanya saja jalan lempang kemenangan di Pilgub dan Pilkada menjadi penuh liku.
Sekalipun hasil survei terus bergerak, hal ini ditentukan panas dan ademnya perpolitikan di Jakarta. Sasaran tembak yang termudah dilakukan adalah pengkhianatan Jokowi terhadap PDIP, naiknya Gibran karena MK dan sasaran tembak lain. Yang bahkan kini Ganjar sudah terang-terangan menelanjangi kebijakan pemerintah, yang sebelumnya dirinya jadi gubernur juga belum mampu menyelesaikan persoalan di Jawa Tengah. Paling tidak, di masa kepemimpinannya di Jawa Tengah juga ada aib-aib yang tertutupi. Mungkin saja, nanti dijadikan peluru guna menembak balik Ganjar.
Ya, setiap detik ke depannya adalah suara kemenangan. Hanya saja yang perlu digaris bawahi, anak-anak milenial atau Gen-Z saat ini lebih asyik mencari informasi Pilpres di Medsos. Hanya sebagian dari mereka suka menonton TV. Informasi apa pun itu, ada di genggaman HP. Propaganda sudah dimulai sesungguhnya. Lalu kia asyik kemasyuk menggunakan model 10 tahun yang lalu, menjual mimpi.Bukankah partai pemenang Pemilu di Thailand digawangi anak-anak muda?(den)
(foto by google, Pemilu Thailand dengan pemenang Partai Move Forward)