POLITIK – kelirbali.com
oleh Denara, penulis jalanan. Selama Pilkada yang dilaksanakan sejak Tahun 2005 silam, tidak ada hentakan yang berarti. Bahkan siapa pemenangnya sudah bisa ditebak sedari awal. Rakyat yang sudah memiliki hak pilih mesti datang ke TPS, memilih. Pilihannya adalah pilihan yang berasal dari partai yang disodorkan kepada rakyat. Dan nasib rakyat bergantung kepada pilihan pemimpin yang berasal dari Parpol.
Sebelum Pilkada yang akan berlangsung di Tahun 2024 nanti yang didahului dengan Pilpres, mari tengok Pilkada tingkat provinsi yang aroma pertarungannya sangat keras, bernas dan berasal dari tokoh-tokoh mumpuni. Pilkada itu adalah Pilgub Bali tahun 2008. Ini bisa disebut sebagai Pilgub yang terbaik di Bali. Sedangkan Pilkada lainnya, tidak ada kejutan, yang bahkan sebelum kotak suara dibuka, pemenang sudah muncul. Pilgub 2008 adalah Pilgub penuh pertarungan, hampir seluruh tokoh politik terjun turun gelanggang kala itu.
Parameter yang digunakan dalam Pilgub Bali 2008 adalah Pilgub terbaik adalah, yang maju tiga calon Gubernur, yang berasal dari putra terbaik Bali. Selain yang bertarung adalah putra terbaik, juga adu gagasan terbaik, adu program terbaik, ketokohan, rekam jejak dan faktor lain.
Tiga calon Gubernur ini adalah Made Mangku Pastika mantan Kapolda Bali dengan segudang prestasi. Mangku Pastika disandingkan dengan AA Ngurah Puspayoga, yang juga menjabat sebagai Walikota Denpasar. Visi yang digelegarkan adalah Bali Mandara. Sedangkan dalam baliho, dimunculkan Paket Pasti-Yoga. Partai pendukungnya adalah PDIP dan koalisinya.
Paket kedua adalah Prof I Gede Winasa yang disandingkan dengan I GB Alit Putra. Partai pengusungnya adalah Demokrat dan koalisinya. Saat itu Demokrat sedang ada dalam puncak, dimana SBY memenangi Pilpres. Prof. Winasa kala itu, sebagaimana kita tahu, pada waktu itu adalah Bupati Jembrana yang menyandang bupati dengan se gunung prestasi. Julukannya Bupati MURI. Winasa tidak hanya moncer di Jembrana. Ia terkenal di Indonesia. Mungkin, ialah bupati yang paling terkenal di Indonesia kala itu. Itu karena banyak programnya yang hebat-hebat. Bahkan, dalam pertarungan pemilihan menjadi bupati periode kedua tahun 2005, Winasa memenangi Pilkada dengan mudah. Suaranya: 90 persen lebih!
Ketiga adalah Cokorda Budi Suryawan yang mantan Bupati Gianyar, Ketua DPD Golkar yang disandingkan dengan I Nyoman Gede Sweta, mantan Wakapolda Bali. Partai pendukungnya adalah Golkar dan koalisinya. Cok Budi juga sangat terkenal dan di Gianyar sendiri dijuluki Bapak Pembangunan. Salah satu karya monumentalnya adalah Stadion Dipta, By Pass Dharmagiri dan prestasi lain.
Disisi lain, Mangku Pastika tak kalah moncer dalam ketokohan. Ia pernah menjadi Kapolda Bali. Tokoh yang satu ini mulai naik daun setelah menjadi pimpinan dalam pengusutan kasus Bom Bali 1 tahun 2002. Keberhasilannya membuat ia kemudian diganjar sebagai Kapolda Bali. Namanya harum karena berhasil membongkar jaringan Imam Samudra dan Amrozi Cs. Sedangkan pasangannya adalah AA Ngurah Puspayoga yang berasal dari Puri Satria, sebagai rumah kandang banteng kala itu. Tidak ketinggalan, Gusti bagus Alit Putra yang mantan TNI dan mantan Bupati badung.
Maka, pertarungan pada Pilgub 2008 inilah yang boleh dikatakan pertarungan antar tokoh, dimana orang-orang terbaik Bali bertarung menuju Bali 1. Latar belakang mereka adalah Kapolda, Bupati, Wakapolda dan Walikota.
Bila faktor kedaerahan dipakai acuan, maka pertarungan Buleleng (Mangku Pastika), Gianyar (Cok Budi Suryawan dan Negara (Winasa). Sedangkan wakilnya dari Denpasar (Puspayoga), Buleleng (Nyoman Gede Sweta) dan Badung (Alit Putra).
Dalam masa kampanye, semua calon pamer hasil yang telah dicapai. Selain mesin partai bergerak solid. Winasa hanya bisa mengandalkan predikat bupati yang moncer memimpin Jembrana, Pastika juga tak bisa hanya pamer keberhasilan menangkapi Amrozi Cs. Apalagi CBS yang hanya pernah menjadi bupati Gianyar yang prestasinya sedang menjadi pembicaraan di Gianyar.
Untuk program dan keberhasilan yang nyata, Winasa memang di atas angin. Sudah terbukti. Namun, program kesejahteraan seperti pendidikan gratis, kesehatan gratis, asuransi pertanian, kredit tanpa agunan dan seabrek program lainnya bukan hanya milik Winasa.
Tak mau kalah, Pasti-Yoga juga menebar program yang tak jauh berbeda. Keduanya beradu argumen dan program. Mangku Pastika adu program kesejahteraan rakyat. Pastika unggul dalam program yang menjamin keamanan. Bali yang habis dibom dua kali: 2002 dan 2005, tentu saja masih menyisakan trauma mendalam bagi warganya.
Keok, Winasa tersambar kampanye hitam. Winasa yang terus jadi bulan-bulanan. Kebetulan saja ia beristri bupati Banyuwangi, yang konon seorang Muslimah. Terakhir, Istrinya juga berhasil sebagai Bupati di Banyuwangi.
Hasilnya?
Pasti-Yoga adalah pemenangnya. Ketika resmi dilantik menjadi gubernur dan wakil Gubernur Bali, Pastika dan Puspayoga langsung tancap gas merealisasikan janji-janji politiknya yang disebut Bali Mandara: Maju, Aman, Damai, dan Sejahtera.
Program Pastika adalah; JKBM (kesehatan gratis), Simantri (pertanian terintegrasi), Gerbangsadu (bantuan modal BUMDes Adat), bangun RS Pratama, Bedah Rumah, Sekolah Bali Mandara dan lainnya. Tentu saja, ia menguatkan keamanan Bali yang menjadi salah satu andalannya dalam kampanye.
Seandainya Pastika saat itu kalah, kita tak terlalu khawatir. Misalnya, pemenang Pilgub itu adalah Win-AP, bisa jadi, program kesejahteraan juga digelar Paslon ini. Seperti yang dilakukan Winasa saat memimpin Jembrana. Hanya ini dalam skala lebih luas: Bali. Itu artinya tak jauh berbeda dengan Pastika. Bahkan, mungkin lebih baik dari Pastika.(den)