POLITIK – kelir bali
oleh Denara – penulis jalanan. Siapakah yang bakal mendapat rekomendasi dari DPP PDIP buat Bali satu? Pertanyaan ini gampang-gampang susah menjawabnya. Sebagian menjawab Koster dan sebagiannya menjawab Giri Prasta, atau Bintang. Namun tidak ada yang berani memastikan tiga nama untuk Bali satu, bisa ke Koster, bisa ke Giri atau ke Bintang. Semua masih tanda tanya.
Pertanyaan kemudian muncul. Sebagai petahana di Provinsi Bali dengan prestasinya, Wayan Koster juga tidak serta-merta mendapat rekomendasi. Ada apa? Kondisi ini membuat partai dengan Banteng bermoncong putih dihadapkan pada persoalan klasik, rekomendasi turun di saat H-1 pendaftaran di KPU.
Sekali pun demikian, menampak pula aura karismatik Koster mulai meredup. Ketika dihadapkan pada Giri Prasta dan pendukungnya, hujatan dan bully pada Koster menampak di media sosial. Yang paling nampak adalah Koster lebih banyak sebagai tukang seremonial dengan acara wah dan setiap saat selalu lahir kebijakan yang dianggap nyeleneh oleh masyarakat Bali. Peristiwa penolakan terhadap Tim Israel sangat mencederai masyarakat Bali. Ditambah lagi Kopi-Arak yang juga dijadikan bahan bully. Namun seremonial terhenti saat tidak lagi sebagai gubernur.
Peristiwa terakhir yang terlihat meredupnya karisma Koster adalah saat menyampaikan Haluan Pembangunan 100 Tahun buat Bali. Haluan yang dianggapnya sebagai haluan yang prestisius di Balai Budaya Klungkung lebih banyak kursi kosong. Tribun penonton hampir semua kosong seperti ditonton kursi.
Semenjak tidak lagi menjabat sebagai Gubernur Bali sekitar setahun lalu, sangat jarang Koster muncul di media. Yang membuktikan bahwa munculnya di media karena advertorial yang wah yang dipegang jaringan media yang ditundukkannya. Munculnya di media juga terakhir-terakhir ini saat menyambangi seluruh kabupaten di Bali untuk mengabarkan Haluan Pembangunan hasil rancangan Tenaga Ahli rekrutannya.
Yang menjadi persoalan adalah di manakah kesetiaan Tenaga Ahli rekrutannya ketika Koster sendiri dihadapkan pada persoalan terpuruknya hasil survei Koster sebagai kandidat Gubernur. Yang bahkan ada hasil survei sempat menyentuh di bawah 30%, sebagai angka yang pesimistik. Tenaga ahli yang sempat diberinya makan toh tenang-tenang saja, gaji bulanannya sudah terbayar. Namun bila Koster tidak mendapat rekomendasi, bagaimana mantan tenaga ahli tersebut memberi jawaban atas meredupnya nama Koster.
Dalam politik apa pun bisa terjadi. Namun akan sia-sia dan terbuang apa yang sempat dibangun dengan gegap gempita, meriah merah ramai sorak dan legacy yang dibuat hanya tinggal onggokan kertas. Koster sendiri berhadapan dengan partainya sendirian. Yang ternyata dukungan kepadanya adalah dukungan semu karena dininabobokan uang.
Muncullah nama Bintang Puspayoga, kondisi ini membuat nama Koster semakin tenggelam setelah sebelumnya nama Giri terus mencuat. Yang bahkan hasil survei Giri sempat menyentuh angka 70% dukungan kepadanya. Nama Bintang bisa jadi layak jual. Dimana Bali akan memiliki Gubernur pertama perempuan. Pengalamannya di birokrasi juga mumpuni, Menteri PPA dan sebelumnya sempat mendampingi suami sebagai Wagub Bali dan Walikota Denpasar.(den)