POLITIK – kelirbali.com
oleh Demy, penikmat politik. Dalam perjalanannya, Pilkada di Kabupaten Gianyar tidak lebih dari dua pasang calon. Hal ini dimulai sejak putaran Pilkada dimulai. Selain hanya dua pasang calon, pertarungan yang terjadi hanya pertarungan antara dua basis kekuatan Puri ubud dan Puri Gianyar.
Sedangkan hegemoni antar partai Golkar dan PDIP silih berganti, dua kekuatan puri terus berusaha digerus oleh kekuatan PDIP. Dan berhasil. Dilihat dari Pilkada Gianyar 2008 lalu, pertarungan yang terjadi adalah pertarungan Puri Gianyar dengan Puri Ubud. Puri Gianyar dengan calonnya Anak Agung Gede Bharata dengan wakilnya Putu Yudha Thema. Sedangkan tokoh Puri Ubud yang maju adalah Cokorda Oka Ardana Sukawati (Cok Ace) dengan pasangannya Dewa Made Sutanaya.
Hasilnya, Cok Ace menang tipis terhadap rivalnya dan menjabat sebagai Bupati Gianyar periode 2008-2013. Namun pada pertarungan sebelumnya Pilkada Gianyar 2003, pemenangnya adalah Anak Agung Gede Bharata.
Nah, pada Pilkada Gianyar 2012, Anak Agung Bharata maju lagi. Dan lawannya adalah Cokorda Putra Nindya dari Puri Peliatan, Ubud yang berpasangan dengan AA Ngurah Agung. Agung Bharata berpasangan dengan Made Mahayastra dan Cok Ace. Di Pilkada 2012 ini, Agung Bharata memenangi Pilkada dan kembali duduk di Gianyar 1 setelah selama lima tahun diduduki Cok Ace.
Pilkada 2018, pertarungan kembali antara Puri Ubud dengan Puri Gianyar. Puri Ubud yang maju adalah Cokorda Raka Kertyasa berpasangan dengan Pande Maharani. Sedangkan lawannya adalah Made Mahayastra berpasangan dengan Anak Agung Gede Mayun (Puri Gianyar).
Dari pemetaan tersebut, tampak kekuasaan di Gianyar hanya didominasi hegemoni antar puri. Hanya saja, di Pilkada 2018 lalu, Made Mahayastra berhasil mematahkan hegemoni tersebut. Walau demikian, majunya Made Mahayastra dibelakangnya didukung oleh kekuatan Puri Gianyar, Anak Agung Gede Mayun yang juga adik dari AA Gede Bharata.
Pada Pilkada 2024 nanti, Made Mahayastra yang menang telak di Pilkada 2018 lalu dipastikan maju sebagai Calon Bupati Gianyar periode 2024-2029. Tidak jelas menampak apakah masih berpasangan dengan Agung Mayun atau mencari pasangan yang baru. Sekali pun ketika ditanya apakah masih mempertahankan Agung Mayun, Mahayastra menjelaskan Pilkada masih jauh. Dalam kesempatan lain juga menjawab, tidak ada perubahan.
Dimana tugas Mahayastra pertama adalah merebut rekomendasi dari Ketua Umum. Walau di atas kertas, rekomendasi itu sesungguhnya sudah dikantong.
Sedangkan siapa paketnya, Mahayastra sendiri bisa saja menyodorkan kepada kader lain yang dianggap memiliki amunisi. Mengingat, basis suara binaan dirinya sebagai Ketua DPC PDIP sudah menguat di segala lini.
Di sisi lain, Agung Mayun sendiri juga tidak menunjukkan kengototan untuk mendampingi Mahayastra sebagai wakilnya. Hanya dikatakan, apa pun perintah partai dirinya tetap siap. Sekali pun demikian, karena dirinya sebagai trah Puri Gianyar, maka dirinya mesti mendapat restu dari keluarga Puri Gianyar. Mungkinkah Agung Mayun naik kendaraan lain, bila tidak dipasangkan dengan Agus Mahayastra? Segala yang mungkin itu kemungkinan.
Lalu, siapakah penantang dari Agus Mahayastra?
Sampai saat ini, nama penantang dari Agus Mahayastra belum muncul. Jauh sebelumnya, nama Cokorda Ngurah Suyadnya sempat muncul. Tokoh asal Puri Ubud ini lebih banyak aktif di bidang pariwisata. Sempat pula duduk sebagai Anggota DPRD Gianyar dari Partai Golkar. Cokorda Suyadnya sendiri sudah melirik pasangannya Ida Bagus Gaga Adi Saputra. Namun dua nama ini bak hilang di telan bumi.
Bagi Mahayastra, tiada petarung akan memuluskan langkahnya di periode kedua. Sehingga berpasangan dengan siapa pun, akan menang. Hanya saja, masyarakat butuh pertarungan yang seru, indah dan menarik. Paling tidak, hegemoni antar dua puri didobrak, misalkan oleh Puri Blahbatuh, Sukawati, Pejeng, Tampaksiring atau puri lainnya. Atau juga, puri-puri ini bersatu menyatukan kekuatan untuk membuat pertarungan Pilkada menjadi lebih indah.(den)