KLUNGKUNG, kelirbali.com
Pelabuhan Bias Munjul di Pulau Ceningan Nusa Penida, rupanya masih membingungkan masyarakat. Keberadaan pelabuhan yang didanai dari APBN Kementerian Perhubungan RI ini, apakah bisa efektif atau tidak, mengingat sarana penunjang seperti jalan dan jembatan untuk akses roda empat belum terpenuhi. Selain itu, apakah nantinya setiap rute penyebrangan dari dan ke Pulau Ceningan-Lembongan akan terpusat di Pelabuhan Bias Munjul atau tidak, belum ada kejelasan.
Beberapa pengelola fast boat sudah menyampaikan belum ada sosialisasi lebih jauh mengenai pola rute penyebrangannya nanti. Apakah memang akan dipusatkan di Pelabuhan Bias Munjul atau tidak. Kalau seluruh akses rute menuju Pulau Ceningan-Lembongan harus turun di Pelabuhan Bias Munjul, maka tentu ini belum bisa berjalan mulus. Karena sarana jembatan permanen Ceningan-Lembongan yang bisa dilalui kendaraan roda empat, belum terbangun. Selain itu, mayoritas tujuan penumpang saat ke Pulau Lembongan-Ceningan, adalah ke Jungut Batu.
“Jika semua penyebrangan difokuskan ke Pelabuhan Bias Munjul, masalah transportasi dari Ceningan ke Lembongan-Jungut Batu masih terkendala. Lebih jelasnya akan seperti apa, saya belum mendengar ada sosialisasinya lebih lanjut,” kata salah satu warga setempat, Wayan Widiana, Jumat 29 September 2023.
Namun, jika nantinya tidak diatur pemerintah agar rute penyebrangan dari dan ke Ceningan-Lembongan difokuskan di Pelabuhan Bias Munjul, dia memperkirakan tidak akan ada yang mau naik maupun menurunkan penumpang disana. Baik dari Pelabuhan Sanur maupun Kusamba, karena terkendala transportasi itu. Meski sarana pendukung transportasi seperti jembatan sudah terbangun, Pelabuhan Bias Munjul akan sangat sulit berkembang sesuai rencana pemerintah. Karena sejak awal, penentuan titik pelabuhan di Ceningan itu, sesungguhnya sudah banyak penolakan dari warga setempat.
Pelabuhan senilai Rp 97,5 miliar ini, sesuai target kontrak, selesai September 2022. Ragam pertanyaan serupa mulai bermunculan di tengah masyarakat. Demikian juga para pengelola jasa penyebrangan dengan fast boat. Pengelola fast boat yang setiap harinya melayani rute penyebrangan Kusamba-Jungut Batu juga mengaku belum tahu akan seperti apa polanya. Jika seluruh penyebrangan terpusat di Pelabuhan Bias Munjul, akan sulit mengatur slot, dari fast boat yang datang dari Pelabuhan Sanur maupun Kusamba.
Kunjungan Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Hendro Sugiatno, ke Pelabuhan Penyeberangan Bias Munjul, belum lama ini, belum menjawab pertanyaan masyarakat. Sorotan mereka hanya terfokus pada fasilitas yang sudah terbangun. Demikian juga para pakar yang turut serta turun saat itu. Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio menyampaikan bahwa, perlu ada SPBU Mobile atau tangki karena saat ini sudah tidak boleh pakai jerigen. Selain itu, di lantai atas merupakan daerah komersial, perlu diperhatikan keberlanjutannya.
Di sisi lain, pengamat lainnya yang turut dalam kegiatan tersebut, Azas Tigor Nainggolan menekankan pada uji coba seluruh fasilitas yang dibangun setidaknya 1 kali, agar fungsi keselamatan dan keamanan sudah terjamin dan layanan publik di lokasi tersebut aman. Ia juga berharap kedepannya lebih diperhatikan lagi terkait masalah pengolahan sampah. (tan)