Brahmaraja Mendiksa Sri Aji Bali (bag 3)

saat bunga-bunga mekar,  rinai  kecil mengantar Sang Mpu   berangkat ke Bali  memenuhi  utusan Raja Bali, Sri Semara Kresna Kepakisan. Menaiki jukung kecil, melintas di perairan Bali Selatan, jukung berlabuh di Pantai Lebih. Namun sang Mpu tidak langsung ke Istana Gelgel. Sebelum memasuki kraton Brahmaraja berniat datang  memohon restu  kehadapan Batara Tolangkir

Selengkapnya

Puncak Ekspresi Pegawai Pasca Berakhirnya Era Suwirta

Permendagri Nomor 11 Tahun 2020
tentang Pakaian Dinas ASN di lingkungan Kementrian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah, sudah jelas mengatur tentang ini, baik itu pemakaian seragam PNS di Kementrian Dalam Negeri, Pemda Provinsi maupun Pemda Kabupaten. Khususnya untuk aturan pemakaian seragam pada Pemda Kabupaten, sudah diatur bahkan hingga jadwal pemakaiannya dalam seminggu. Hari Senin dan Selasa PDH (Pakaian Seragam Dinas Harian) warna khaki, Hari Rabu PDH kemeja putih dan celana/rok hitam, Hari Kamis dan Jumat: PDH batik/tenun/lurik.

Selengkapnya

Pertapa di Tengah Kuburan (bag 2)

tampak seorang Wiku Buddha tengah khusuk memuja Hyang Amogsiddhi. Mpu Bumi Sakti terheran melihat busana  pendeta yang tengah tenggelam dalam samadhi. Tempat air sucinya terbuat dari tulang tengkorak manusia, berselempang usus tua,  anting-anting hati membusuk, minyak rambut dari nanah, berbaju kulit harimau. Begitulah lazimnya  Pendeta Buddha saat memuja Hyang Bajrajnana. 

Selengkapnya

Homo Ludens di Atas Sarkofagus

Dari ruang imaji Meja Biliar ini, Putrayasa seperti menaruh curiga, mengingatkan siapa saja mesti berhati-hati dengan “kebaikan” dan “bantuan” dibungkus citra semu. Sebab kata Oliver Goldsmith, “bantuan kerap memelintir kebenaran dengan cumbu rayu”. Di tengah-tengah wabah berita palsu, liputan-liputan pers mudah dibeli, perang citra itu bergulir,,,,

Selengkapnya

Sisypus Game dan Dewa Khayali itu,,

Eksplorasi alam, kerap dibahasakan sebagai proyek kesejahteraan. Jargon-jargon harmoni; wana kertih, danu kertih dikumandangkan, sembari dengan hati kerontang, tanpa empati membongkar bukit-bukit untuk satu otupia semu — dengan bahasa kuasa ‘Era Baru” hari depan lebih baik. Lagi-lagi kita bergulat dengan absurditas–

Selengkapnya

Tergoda Keindahan Sesaat

Dirinya ingin mengikuti langkah pertapa, Wana Prastha menyepi dari riuh masyarakat dan mendekat diri dengan sang penguasa. Pikiran sesaatnya memastikan bahwa tujuan hidup berdamai dengan diri damai dengan alam. Maka keputusannya bulat, seluruh hidupnya akan diabdikan sebagai pertapa.

Selengkapnya

Gigi Emas, Rasa ‘Ngilu’ Seorang Pematung

Ia selalu punya cara genial, bagaimana seni adalah juga sebentuk perlawanan, menghadirkan cibiran karikatural menohok pada situasi terkeni kehancuran adab bangsanya, kemaruk para elit, dan media pers yang lumpuh sebagai lembaga kontrol. Di tengah-tengah kelumpuhan itu, walau dengan rasa ngilu, dan kepedihan menyengat, Putrayasa menunjukkan pendiriannya untuk bersuara.

Selengkapnya