POLITIK – kelirbali.com
Dunia politik mengubah nasib seorang Nyoman Suwirta. Dari manajer koperasi menjadi bupati. Dari bupati kemudian menjadi anggota DPRD Bali. Namun bila membaca kembali ulang perjalanan politiknya, tidak ada yang menyangka Suwirta banting setir menjadi kader rival Gerindra, yakni PDI Perjuangan.
Nyoman Suwirta (no dua dari kanan) saat akan menuju kursi Klungkung 1 periode pertama
Sebelumnya, untuk duduk di kursi Klungkung 1, Suwirta didukung penuh Gerindra. Tanpa mahar bahkan dibekali uang Rp 2 Miliar dari Hasim Djojo Hadi Kusumo, adik dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Pemberian amunisi ini dibenarkan oleh pengurus Gerindra Klungkung sebagai amunisi dalam Pilkada, kala itu.
Kini kiblat politik berubah. Niat Suwirta ingin mencuri perhatian pemerintah pusat, sekarang justru dipelototi langsung Ketum Partai Gerindra, partai yang dia tinggalkan. Memang berani?. Risiko politik untuk Suwirta ini hanya tinggal menunggu waktu saja. Apalagi setelah berani pasang badan jadi Ketua Tim Pemenangan paslon PDIP pada Pilkada Klungkung. Gerakan politiknya penuh risiko. Diincar elite Gerindra atau ditikam induk partai sendiri, PDI Perjuangan. Dengan istilah lain, Paket Satria menang, dihabisi Prabowo, Paket Satriya kalah dihabisi PDIP.
Dedikasi, perjuangan dan penghargaan dari Gerindra selama ini kepadanya seolah sudah terlupakan. Padahal di dunia politik tidak ada yang gratis. Bagaimanapun itu Suwirta akan dihadapkan pada posisi sulit. Elite Gerindra dipastikan akan terus memburunya, saat masih menjabat atau setelah tak punya pegangan posisi apa-apa. Semestinya jika Suwirta peka dan sadar sudah berbaju partai politik lain, dia seharusnya belajar mendengar masukan orang-orang terdekatnya. Dengan melakukan manuver politik yang lebih elegan.
Tidak seperti ini saat ini, nekat menerima pinangan paket Satriya menjadi Ketua Tim Pemenangan dan all out memenangkan kandidat PDIP itu. Sesungguhnya Suwirta aslinya dulu orang baik dan kreatif. Tetapi, dalam urusan politik dia terlihat sangat dungu. Karakternya sebagai tokoh yang tak suka menerima masukan orang lain, justru membuatnya menggali lubang sendiri. Terlebih, gaya pencitraannya memang mudah mengundang simpati, tetapi karena karakternya itu juga sudah membuat banyak orang antipati dan sakit hati. Karena sebagian besar bicaranya tak ada bukti konkrit. Itulah yang dirasakan paling tidak sampai saat ini oleh masyarakat Klungkung, khususnya di Nusa Penida.
Dia dijuluki Figur Bobab (tokoh pembohong) oleh masyarakat karena semua janji manisnya tak terbukti selama dua periode menjabat. Janji pembangunan jalan lingkar Nusa Penida, penataan destinasi wisata, penertiban hotel, vila, restoran, penginapan bodong, pengembangan rumput laut, tuntas pelayanan air bersih, blank spot, krisis listrik, hanya tinggal janji. Yang bahkan tanpa malu, klaim pemerintahannya sukses. Suwirta menjadi figur yang paling bertanggung jawab, atas segala krodit dan permasalahan dasar pelik menyangkut JALI (Jalan Listrik, Air dan Internet) yang kini tak tertangani di Nusa Penida.
Minggu, 20 Oktober 2024 adalah hari dimana Prabowo Subianto dilantik. Bali akan menjadi salah satu wilayah prioritas bagi Prabowo, melihat posisi Bali sebagai tempat landing para pemimpin dunia. Gerakan bersih-bersih tentu diyakini akan dilakukan. Bersih-bersih dari pejabat korup, memperkuat basis Gerindra, dan tentu bersih-bersih dari kader-kader pengkhianat yang tidak tahu rasa syukur dan terima kasih. Tanda-tanda itu secara terang-terangan telah disampaikan Ketua DPD Gerindra Bali De Gadjah. Sebagai panglima tertinggi negara, Prabowo punya kekuasaan untuk melakukan apa saja, agar NKRI terutama Bali, tetap kondusif.den