Politik – Kelir Bali
oleh Denara-Penulis jalanan. Ibarat pepatah lama, “Menunggu hujan turun dari langit, air di tempayan dibuang.” Begitulah kondisi PDIP Klungkung saat ini. Calon yang potensial sudah ada, namun kembali ke pepatah tadi: dibuang.
Kosongnya kolom rekomendasi bagi PDI-P Klungkung secara tidak langsung membuat kader dan simpatisan tidak percaya diri dalam Pilkada nanti. Di kalangan internal PDI-P Klungkung memahami situasi tersebut, namun belum ada yang berani berkomentar. Namun sejatinya, bakal calon potensial ada, namun dikandangkan diredam oleh pihak atas nama nafsu kuasa.
Jauh sebelum Pemilu, nama Anak Agung Anom sudah digadang-gadang maju. Bahkan karena digadang-gadang maju maka antusiasme dirinya membuktikan kemenangan di Pileg dilaksanakan. Hal ini membuahkan hasil. Perolehan kursi DPRD naik dari 9 kursi ke 12 kursi. Namun setelah Pileg selesai dan menjelang masa pelantikan – pengambilan sumpah janji Anggota DPRD Klungkung peta berubah. Nama Gung Anom tenggelam dan muncul kandidat lain. Walau demikian, Gung Anom tetap diam tanpa menunjukkan ambisinya untuk duduk di Klungkung 1. Nah siapa yang cocok sebagai pendamping?
Dalam pemetaan kelir bali, salah satu nama yang pas mendampingi Gung Anom adalah Nyonya Ayu Suwirta yang mantan istri Bupati Klungkung sebelumnya. Kenapa pas? Walau tidak berpengalaman langsung sebagai birokrat, namun sebagai pendamping atau istri bupati, setidaknya tahu bagaimana menjalankan fungsinya sebagai bakal calon bupati. Dimana seluk beluk birokrasi setidaknya sudah dipahami.
Di sisi lain, hal ini guna membuktikan loyalitas mantan Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta kepada PDI-P yang dikendarai di tengah jalan setelah meninggalkan Gerindra. Dalam pileg Suwirta sendiri mendapatkan suara lebih dari 50.000 suara. Sehingga bekal suara ini sebagai modal untuk memenangkan Pilkada, selain suara dari Caleg DPRD Klungkung yang berjumlah 54.000 suara.
Dalam kondisi ini, PDI-P sendiri sudah memiliki modal suara di kantong setidaknya 54.000 berdasarkan suara Caleg DPRD yang lolos. Ditopang lagi dengan perolehan suara Suwirta saat Pileg untuk DPRD Bali, maka tinggal menggaet suara pemilih pemula. Terlebih lagi, nama Nyoman Suwirta masih hangat dalam ingatan masyarakat Klungkung, sehingga menampilkan Suwirta sebagai jurkam utama adalah wajib. Sehingga muncullah yang namanya Paket Anom-Ayu.
Paket ini tentunya sangat layak jual. Ada hal baru dalam Pilkada, dimana muncul Srikandi baru bertarung di Pilkada. DPD PDI-P Bali tentunya pernah terpikir akan hal ini. Namun peta politik selalu dinamis, apa pun bisa terjadi. Kendati paket Anom-Ayu tidak terjadi, toh PDI-P tetap memiliki basis suara, dengan catatan tidak ada lagi dikotomi Klungkung daratan dan Klungkung kepulauan.(den)