Memajukan Pertanian Nusa Penida, Butuh Cara Adaftif

Facebook
Twitter
WhatsApp
NEWS – kelirbali.com
 
oleh Wayan Sukadana, pegiat Nusa Penida Farm. Kepulauan Nusa Penida luasnya 202,2 kilometer persegi, terdiri dari tiga pulau, Nusa Gede, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Dibandingkan Kabupaten Klungkung total luasnya 315 Kilometer Persegi Nusa Penida itu sebanding 2/3 luas Klungkung. Kontour lahan di kepulauan ini adalah batu kapur dengan sedikit tanah. Pulau Nusa Penida terbentuk dari karang atol, pulau yang terbentuk dari terumbu karang.
 
Selain tekstur tanah Nusa Penida adalah karang atol, Kecamatan Nusa Penida sangat minim air. Jauh sebelumnya masyarakat mengandalkan air hujan yang disimpan di dalam cubang, sebagai cadangan air di musim kemarau. Kondisi geografisnya memang berbukit, namun di dasar bukit tidak ada sungai atau air mengalir. Beberapa ada aliran air yang terbuang ke tebing laut tepatnya disebelah utara. Seperti di Air Terjun Guyangan, Tameling, Dlundungan, Suwehan dan Atuh. 
 
Kondisi minim air juga diperparah dengan adanya hama kera. Habitat Kera berada di  14 desa di Nusa Penida dari 16 desa yang ada. Semua pertanian dirusak kera, mulai dari Jagung, Ketela, Kacang-kacangan, dan segala yang berbuah dan umbi-umbian. Populasikera ini dari tahun ke tahun meningkat drastis, ditandai luasan perusakan lahan pertanian makin meluas. 
 
Kondisi ini memperparah pemajuan lahan pertanian kering di Nusa Penida. Saat ini perubahan iklim dan musim tak menentu, di saat harus hujan kemarau masih berkepanjangan. Di saat harusnya kemarau hujan malah setahun. Kondisi ini menyebabkan panen komoditas pertanian gagal total. Sektor Ketahanan Pangan menjadi rentan.
 
Atas kondisi di atas, memajukan pertanian di Nusa Penida harus dengan cara-cara khusus dan polanya tidak bisa disamakan dengan pola di Klungkung daratan. Jalan tengahnya adalah segera melakukan rekondisi pertanian di tengah gempuran alih fungsi lahan menjadi akomodasi pariwisata.
 
Metode Pertanian pertanian yang ditawarkan adalah metode adaptif terhadap perubahan iklim, tahan hama kera dan mempunyai nilai ekonomi. Halini harus dirancang sedemikian rupa, seperti satu contoh pertanian adaptif adalah agroforestry. metode ini adalah pertanian dengan konsep hutan. Misalnya menanam pohon minyak kenanga, menanam kamboja yang tak dimakan kera hasilnya minyak atsiri. Di bawah pohon kenanga dan kamboja atau jeruk purut bisa ditanam kunyit, jahe atau pun empon-empon lain. Lahan berfungsi maksimal, sekaligus menjaga kelembabanya. 
 
Tidak hanya itu untuk lahan hutan lindung Nusa Penida, pemerintah perlu menanam tanaman buah. Dengan ditanam tanaman buah kera akan terkonsentrasi di sana. Konservasi hutan dan kera akan terpusat disana dan akan lebih mudah. Akhirnya  pertanian adaptif seperti Agroforestry akan membuat sumber air baru. Air akan tersedia, pertanian akan berkelanjutan dan tata ruang perlu ditegakkan utamanya lahan hijau harus dilindungi. Tidak semua menjadi bangunan pariwisata.(den)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kabar Terkini

Kode Gurita di Pantai Berawa

pulau ini yang gampang diajak bekerjasama. Pengaruhnya juga seperti gurita, mencengkram para…

Pj Bupati Gianyar, Tagel WirasaTinjau Kesiapan TPS

mewanti-wanti agar para ASN yang ada di lingkungan Pemkab Gianyar bisa bersikap…

Garda Tipikor Laporkan Dugaan Korupsi Sejumlah Kabupaten di Bali

Provinsi Bali sedang darurat Korupsi, pasalnya dari 9 Kabupaten/Kota yang ada, setengahnya…

Menyintas Hidup Lewat Camus

kekacauan hidup adalah sumber dari laku hidup itu sendiri, ia senantiasa produktif…