Pantai Kusamba dalam Catatan Penyair

Facebook
Twitter
WhatsApp
Pantai Kusamba suatu hari,,
Pantai Kusamba suatu hari,,,

KLUNGKUNG, kelirbali.com

Membaca catatan perjalanan seseorang yang ditulis dengan bait-bait prosa. Tentu akan membawa pembaca pada banyak hal. Kekuatan imajinasi penulis, sastra sebagai alat kritik dan tentunya penulis bisa menyampaikan isi hatinya dengan gamblang, riang. Pantai Kusamba sendiri memiliki sejarah panjang, selain nelayannya, tempat penyeberangan ke Nusa Penida, Garam Kusamba, Pemindangan Ikan dan jauh sebelumnya kapal besar dari Inggris pernah berlabuh di sana.

Sebagai sejarah panjang, pemerintah telah berupaya (menjadikan) Pantai Kusamba sesuatu yang bisa dinikmati; pariwisata, pemancing, penyeberang, garamnya dan kulinernya termasuk pernak-perniknya. Usaha yang dilakukan belum membuahkan hasil. Tentunya memerlukan studi yang lebih mendalam, agar (menjadikan) Pantai Kusamba dan warga di sana lebih baik, maju dan mapan. Catatan perjalanan ini ditulis Seniman Teater Abu Bakar, Denpasar, Juli 2022 lalu. Apakah menjadi lirik lagu Bengawan Solo; Pantai Kusamba, Riwayatmu kini,,,,

berikut catatan perjalanan di Pantai Kusamba:

dg ber-hati2 aku ingin bilang,

bhw pantai Kusamba tidaklah kotor, cuman kurang bersih. dg ber-hati2 aku harus bilang bhw bukanlah penduduk Kusamba yg tak pembersih, tetapi ombak nakallah yg mendamparkan sampah2 di pantainya. dg sikap cuci tangan semacam ini bakalan tak ada yg tersinggung.

tapi, gubug2 yg tak sedap dipandang mata itoe siapatah yg mendamparkannya ombak jugakah? lagi2, bukannya penduduk Kusamba yg tak memiliki tingkat estetik memadai, tetapi laiknya perkampungan2 nelayan di belahan dunia manapun,mmg selalu ditandai dg pandangan kekumuhan yg tak sedap. analogi begini bisa meringankan penghakiman kan? 

aku yg sok pembersih dan pecinta alam ini, hanya berkhayal: 

jika saja ‘ombak dan pasang laut’ bisa diajar, maka …..  ini bisa  dibela dg bbg argumentasi, hingga kita semua menjadi mahfum bhw adanya begini disebabkan oleh bbg sebab yg kita sebutkan sbg kompleks. dst. dst.

ctt: sebenarnyalah yg terganggu hanyalah aku, sementara penduduk setempat yg sdg melaksanakan upacara nganyut itu, anak2 yg ramai bermain bola itoe, ibu2 yg sdg berkutu itoe, para pemancing itoe, ya biasa2 aè, tak ngeh pd ketidak-nyamanan mataku. dan berdasar kesaksianku sesungguhnya kehidupan mrk berlangsung baik2 saja adanya. mungkin yg kita perlukan hanyalah semacam adaptasi ke dalam kekumuhan, agar mata kita bisa menerima yg kumuh sbg hal yg tak kumuh. itu kiranya yg tak gampang. ah, ini hanya celoteh kemarin sore saat mengunjungi ini pantai.

salam sehat utk kita semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kabar Terkini

Pj Bupati Gianyar, Tagel WirasaTinjau Kesiapan TPS

mewanti-wanti agar para ASN yang ada di lingkungan Pemkab Gianyar bisa bersikap…

Garda Tipikor Laporkan Dugaan Korupsi Sejumlah Kabupaten di Bali

Provinsi Bali sedang darurat Korupsi, pasalnya dari 9 Kabupaten/Kota yang ada, setengahnya…

Menyintas Hidup Lewat Camus

kekacauan hidup adalah sumber dari laku hidup itu sendiri, ia senantiasa produktif…

Ketua Garda Tipikor Mangku Rata Bertemu Mangku Pastika, Minta Petunjuk Pemberantasan Korupsi

Kami datang menemui Pak Mangku Pastika untuk minta petunjuk terkait korupsi khususnya…