Potensi budidaya air tawar di Kabupaten Gianyar masih sangat menjanjikan. Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Kelautan terus mendorong agar budidaya ikan air tawar dijadikan alternatif pekerjaan guna menambah pendapatan keluarga.
Pejabat Budidaya Perikanan, Dinas KPPK Gianyar, Ketuat Arimbawa, Kamis (7/9/2023) menjelaskan perkembangan budidaya air tawar cenderung stagnan. Dimana jumlah kelompok yang menggeluti budidaya ikan air tawar tetap dikisaran 116 kelompok. Dari kelompok ini, kelompok terbanyak di dominasi kecamatan Blahbatuh, diikuti Kecamatan Gianyar, Sukawati dan Payangan. Sedangkan budidaya rumah tangga hanya 92 KK yang menggeluti budidaya ikan air tawar. “Jumlah pembudidaya cenderung stagnan, angkanya dikisaran itu saja. Harapan kami budidaya ini diikuti warga lain. Mengingat potensinya masih sangat terbuka,” jelas Arimbawa. Produksi ikan di Blahbatuh mencapai 152 ton, dan kecamatan Sukawati sebanyak 92 ton.
Disebut lagi, budidaya ikan air tawar yang paling diminati adalah ikan lele, gurami dan nila. Dimana pemasaran ikan ini mengandalkan pengepul yang dibawa lagi untuk rumah makan, pedagang lalapan dan restoran. Kekurangan pasokan ikan didatangkan dari Banyuwangi atau kabupaten liar Gianyar. “Hampir 40% pasokan didatangkan dari luar Bali. Sehingga potensi pengembangan masih sangat terbuka,” jelas Arimbawa. Sedangkan fluktuasi harga ikan air tawar tidak signifikan, dengan rate sekitar Rp 3.000/kg. “Ikan Lele saat ini perkilonya Rp 22.000, kalau sedikit pasokan harga pasar bisa sampai Rp 24.000/kg, paling murah sekitar Rp 20.000/kg. Sehingga rate harga tidak jauh,” bebernya.
Kondisi ini menyebabkan, pasokan ikan air tawar hanya bisa dijual di Gianyar saja. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan di luar Gianyar seperti Badung, Denpasar dan kabupaten lain belum mampu. “Untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal saja masih kurang, apalagi sampai memenuhi pasar luar Gianyar,” jelasnya. Di sisi lain, lahan yang tersedia dan sumber air yang ada masih sangat melimpah. Dimana masih banyak sungai besar dan kecil yang pinggirannya bisa dimanfaatkan pembudidayaan.
Di Tahun 2023 ini, luas lahan yang dikembangkan untuk perikanan air tawar baru seluas 32 hektar. Dimana tahun sebelumnya dikembangkan bsekitar 38 hektare budidaya. Pengembangan budidaya juga sudah beralih dari kotak pada tanang, kini beralih ke bak besar dengan terpal. “Bagi yang memiliki modal, sudah beralih ke bak bulat dengan terpal, hasil dengan bak ini lebih maksimal dan keset ikan terjaga,” ujarnya. Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Kelautan terus mengajak warga agar melirik peluang pasar ini. Dimana kebutuhan ikan air tawar harus dipenuhi setiap hari